Sabtu, 14 Mei 2011

my autobiography

FAUZIYAH TADJUDDIN

                Tepat pada jam 7.30 pagi, hari Jum’at 5 Agustus 16 tahun silam, lahirlah seorang bayi perempuan yang sangat didambakan kehadirannya oleh pasangan bapak Tadjuddin Adam dan ibu Nurliah Surungan. Yang kemudian, diberi nama Fauziyah Tadjuddin yang dalam bahasa arab mempunyai arti orang beriman yang nantinya dapat menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kedua orang tua saya.


       Saya lahir di kota Ujung pandang, saya merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara. Saya memiliki 2 kakak laki-laki yang memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Kakak yang pertama bernama Nur Fahmi Tadjuddin, kakak yang mempunyai 1001 mimpi yang harus ia wujudkan dalam waktu yang telah ia tentukan dan juga orang yang memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi. Kakak yang kedua bernama Nur Fahri Tadjuddin, orang yang sangat cuek namun memiliki tauladan yang baik bagi adik-adiknya. Dan 2 adik perempuan,bernama Nur Atikah Tadjuddin dan Nur Azizah Tadjuddin yang keduanya telah membuat saya bangga walaupun mereka masih tergolong anak-anak yang masih mencari jati diri mereka.               
    Di Jl. Pallantikang No 346 disitulah saya dirawat dan dibesarkan tepatnya di sebuah rumah yang bergaya tradisional. Saya dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tua dan kakak-kakak saya. Saya berasal dari keluarga biasa dan sederhana. Dalam kesederhanaan itulah kedua orang tua saya hidup bersahaja dengan mengajarkan hidup yang penuh rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan mereka mengajarkan kepada saya dan saudara untuk terus berbagi dengan sesama baik dalam keaadaan lapang maupun sempit. Kedua orang tua saya adalah guru matematika, dalam jadwal mereka yang padat mereka selalu meluangkan waktu bersama dengan anak-anaknya yang biasa disebut dengan quality time. Saya bersyukur dapat lahir dan tumbuh di tengah keluarga Tadjuddin yang begitu menyayangi buah hatinya.
      Sewaktu saya berusia 4 tahun saya dimasukkan ke dalam Play Group  YAPTA dan pada tahun berikutnya saya menamatkan pendidikan taman kanak-kanak di TK YAPTA Takalar. Selama 2 tahun berada di lingkungan YAPTA saya pun mendapatkan beberapa prestasi salah satunya, beberapa kali menjadi  juara dalam perlombaan menggambar dan mewarnai tingkat kabupaten Takalar.
                Seperti kebanyakan anak-anak lain pada umumnya, saya memiliki cita-cita di waktu kecil yaitu, menjadi pegawai bank. Keinginan saya dilatarbelakangi oleh kesuksesan sepupu saya yang kehidupannya berubah semenjak menjadi pegawai bank menjadi lebih mapan. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu cita-cita saya pun mengalami perubahan.
                Pada tahun 2000 Saya melanjutkan Pendidikan Dasar di SD. Centre 1 Pattallassang Kabupaten Takalar. Sekolah yang jaraknya 200 m dari rumah saya. Disitulah saya mulai bergaul dan bercanda dengan beberapa teman. Setiap pulang sekolah saya harus mengerjakan PR terlebih dahulu, lalu diizinkan untuk bermain. Pada malam harinya tetangga yang umurnya sebaya dengan saya datang ke rumah untuk belajar. Itu merupakan tradisi yang harus dilakukan setiap malamnya dan merupakan salah satu tekhnik bagi saya untuk lebih semangat belajar. Alhasil, pada kelas 3 SD saya menjadi juara 3 di kelas. Pada saat duduk di kelas 6, saya pun mempersiapkan diri dengan belajar lebih rajin untuk menyambut ujian nasional salah satunya dengan mengikuti les sepulang sekolah. Tak lupa pula setiap malamnya saya berdoa agar diberikan kemudahan dalam menjawab soal ujian nasional serta diberikan kelulusan bersama teman yang lainnya. Hari pengumuman pun telah tiba jantungku berdebar tak sabar menanti hasil dari ujian nasional. Syukurlah saya dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Dan hari itu merupakan hari terakhir saya dan teman-teman berada dalam ruang lingkup SDN 1 Centre pattallassang. Disetiap pertemuan pasti ada perpisahan, saya menyadari itu bahwa saya dan teman-teman lainnya harus berpisah karena saya telah menamatkan pendidikan dalam tingkat sekolah dasar.  Sangatlah sedih berpisah berpisah dengan teman-teman karena begitu banyak kenangan yang telah saya ukir bersama dengan mereka selama 6 tahun. Saya pun taman SD pada tahun 2006.
      Saya memilih SMP Negeri 2 Takalar sebagai sekolah tingkat pertama untuk menimbah ilmu. Akan tetapi, saya dan pendaftar yang lainnya harus melewati prosedur-prosedur yang telah ditentukan oleh pihak panitia yaitu dengan mengikuti ujian untuk masuk ke SMP. Hal yang saya tidak duga yaitu pada saat pengumuman masuk SMP nama saya berada diurutan pertama dari beratus-ratus pendaftar.
                Saya pun merasakan dunia dan suasana yang serba baru pada saat menginjakkan kaki di SMP Negeri 2 Takalar. Ini memang berbeda karena untuk pertama kalinya saya mengenakan jilbab ke sekolah. Tidak hanya saya seluruh siswi di Takalar harus mengenakan jilbab mulai dari tingkat SMP s/d SMA karena ini merupakan peraturan daerah yang baru disahkan. Pada saat kelas 3 saya telah mendapat kursi di SMA Negeri 3 Takalar, karena mengikuti lomba Sains dan saya masuk ke 15 besar.
     Seiring dengan berjalannya waktu, kebersamaan dan kekompakan yang telah terjalin dengan teman kelas telah terlewati. Walaupun waktunya yang cukup singkat hanya 3 tahun namun itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya dan teman-teman. 
    Walaupun saya telah mendapat jatah menjadi siswa di SMA Negeri 3 Takalar. Akan tetapi, tidak menyurutkan niat saya menjadi Siswa SMA Negeri 1 Takalar apalagi statusnya telah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
    Pada saat loket penerimaan siswa baru telah dibuka di SMA Negeri 1 Takalar. Saya sangat kaget dikarenakan terdapat 800 lebih calon siswa yang mendaftar sedangkan yang akan diterima hanya 250 siswa perasaan putus asa pun menghampiri saya dengan perlahan. Sesampainya di rumah, saya pun mengerjakan soal-soal tes masuk SMA dan sesekali meminta ibu dan bapak untuk menjelaskan soal matematika yang tidak saya mengerti. Sesekali pun saya berteriak layaknya orang yang sedang stress memikirkan apakah saya bisa menjadi siswa SMA Negeri 1 Takalar? Saya pesimis dan pasrah apabila tidak lolos saya akan menggunakan jatah saya di SMA Negeri 3 Takalar. Akan tetapi, semangat saya kembali menggebu-gebu ketika Ibu memberikan suntikan motivasi kepada saya bahwa saya bisa menjawab soal-soal tes masuk dan tak lupa untu berdoa kepada Allah Swt.
    Hari pun berganti menjadi hari yang sangat menakutkan bagi saya yaitu hari tes masuk SMA. Saya berada di ruangan 16. Pengawasnya pun sangat ketat, tidak ada celah bagi peserta untuk bekerja sama maupun menyontek. Soal terdiri dari soal logika, Matematika, Sains, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Pada saat membuka soal saya tersenyum karena halaman pertama soalnya dapat saya kerja dengan baik sampai halaman ke 4. Akan tetapi 2 halaman selanjutnya saya pun mulai bingung ditambah lagi dengan waktu yang hampir habis. Saya mencoba tenang sampai dengan waktu habis.
                Pada saat hasil tes telah dipajang saya mencari nomor tes saya mulai dari urutan bawah sampai pertengahan. Saya mulai putus asa karena belum juga mendapatkan nomor tes. Ternyata saya berada diurutan ketujuh dari 800 pendaftar. Betapa senangnya hati saya karena dapat bersekolah di sekolah yang telah saya impikan. Keesokan harinya saya mendaftar ulang tanpa didampingi oleh orang tua, karena saya ingin belajar mandiri.
    Tibalah saatnya dimana saya harus berjuang dan bersaing dengan anak-anak berprestasi lainnya. Saya ditempatkan di kelas X.2 bersama dengan beberapa teman SD saya. Dengan nasehat yang tak hentinya yang diberikan oleh kedua orang tua, saya pun mengurangi jam bermain saya dan lebih banyak belajar. Hasilnya di kelas X saya menjadi juara kelas setelah nilai lapor diakumulasi. Dalam kompetisi bahasa asing yaitu bahasa inggris yang diadakan oleh sekolah saya menjadi juara 1 debat bahas inggris. Saya juga menjadi juara 1 lomba biologi antar kelas X di SMA Negeri 1 Takalar. Prestasi yang telah saya raih memacu saya untuk lebih tekun belajar.
                Dan pada saat penaikan kelas XI saya menjadi salah satu siswa kelas XI IPA 6 yang merupakan kelas khusus di SMA Negeri 1 Takalar. Saya juga mendapat amanah dari OSIS dan Tarbiyah Club menjadi Sekretaris. Saya pun mulai membagi waktu saya dengan menerima ajakan dari guru saya untuk mengajar di TPA Nurul Falah selama 5 bulan tanpa mengganggu jam belajar saya. Saya berharap aktivitas-aktivitas yang saya lakukan dapat meningkatkan kedewasaan saya dalam berfikir dan bertindak.
         Tak terasa tinggal setahun lagi saya menimbah ilmu di SMA Negeri 1 Takalar. Artinya saya harus merancang di universitas mana nantinya saya akan melanjutkan pendidikan saya. Untungnya, saya sudah menyusunnya dengan dibantu arahan dari keluarga utamanya ibu dan kakak.
      Saya ingin menjadi apoteker, akan tetapi saya menyadari diri saya lemah dalam pelajaran kimia. Saya pun berfikir untuk menjadi guru, karena guru adalah pekerjaan yang mulia. Maka, saya ingin mengembangkan kemampuan saya dalam berbahasa inggris dengan menjadi guru bahasa inggris selanjutnya saya sangat tertarik menjadi dokter gigi. Akhirnya saya memutuskan nantinya untuk mendaftar di Universitas Hasanuddin fakultas Kedokteran. Semoga saja Allah Swt memudahkan jalan saya untuk menggapai impian yang telah saya susun.
       Akan tetapi untuk mencapai itu semua harus penuh usaha dan tak lupa berdoa kepada Allah Swt. Karena, hidup itu adalah perjuangan begitu pepatah mengatakan. Dan sekarang saya sedang berjuang demi mencapai tujuan hidup saya dimasa depan.
            
      Saya sangat ingin membuat bangga kedua orang tua saya, kakak-kakak saya, serta adik-adik saya kelak. Karena mereka adalah orang-orang hebat dan berpengaruh dalam hidup saya dan orang-orang yang selalu ada di dalam hati saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

leave comment here!